Topik 2 – Aksi Nyata "Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan"

 

Nama Mahasiswa      : Areta Shabiha Rumekso

NIM                            : 231012300114

Mahasiswa PPG Prajabatan Gelombang 1 Tahun 2023

Universitas Pamulang

 

Pada akhir pembelajaran setiap topik, Anda diminta untuk merefleksikan pembelajaran dalam blog masing-masing, dengan menggunakan alur MERDEKA seperti dalam proses pembelajarannya. Anda bisa menceritakan refleksi Anda dengan caranya masing-masing, bisa narasi yang dilengkapi visual, ataupun narasi saja, atau model kreatif lainnya. Berikut ini panduan pertanyaan yang dapat membantu Anda menuliskan blog:

 

Konsep Dasar Perspektif Sosio Kultural dalam Pendidikan

Mulai dari Diri

Apa yang Anda pikirkan tentang topik ini sebelum memulai proses pembelajaran?

Jawab: Sebelum memulai proses pembelajaran, berdasarkan judul pada topik ini mengenai konsep dasar, saya pikir topik ini akan membahas pemikiran awal dari kejadian-kejadian sosio kultural dalam pendidikan. Kejadian-kejadian di sini artinya merupakan suatu proses atau kegiatan yang mendukung perspektif sosio kultural. Saya rasa, topik 2 akan berisi tindakan-tindakan nyata dari perspektif sosio kultural, tetapi masih dalam bentuk materi awal karena tindakan-tindakan tersebut akan dibahas lebih mendalam pada topik selanjutnya.

Eksplorasi Konsep

Apa yang Anda pelajari dari konsep yang Anda pelajari dalam topik ini?

Jawab: Pada topik 2 ini, hal yang saya pelajari, yaitu mengenai SES atau Status Ekonomi Sosial (Socioeconomic Status). SES merupakan pemetaan individu berdasarkan kemampuan ekonomi dan status sosial. Hal tersebut ternyata berlaku juga dalam dunia pendidikan di mana pihak sekolah atau guru memetakan kemampuan ekonomi dan status sosial peserta didik untuk menerapkan model pembelajaran yang disesuaikan dengan latar belakang dan kemampuan mereka dalam mengakses pendidikan. Pemetaan tersebut sangat penting daripada seorang guru hanya memandang peserta didik berdasarkan kaya dan miskin atau berdasarkan pakaian dan perangkat teknologi yang mereka gunakan karena pengelompokan SES jauh lebih valid. Selain itu, demi mendapatkan pembelajaran bermakna yang tidak menimpangkan salah satu peserta didik atau membuat peserta didik merasa berat dalam belajar karena adanya ketidaksanggupan sarana prasarana, maka pemetaan SES dalam proses pembelajaran memang sangat disarankan. Berdasarkan pemetaan tersebut, diharapkan proses pembelajaran menjadi lebih ikhlas, nyaman, menyenangkan, dan bermakna bagi seluruh peserta didik.

Ruang Kolaborasi

Apa yang Anda pelajari lebih lanjut bersama dengan rekan-rekan Anda dalam ruang kolaborasi?

Jawab: Pada Ruang Kolaborasi, saya dan teman-teman disuguhkan bacaan dari buku "Melawan Setan Bermata Runcing: Pengalaman Gerakan Pendidikan Sokola" halaman 125 – 156. Lalu, kami berdiskusi secara kritis dan menghasilkan suatu pemikiran, bahwa buku tersebut memuat pengetahuan terkait sosok guru atau pengajar yang mengupayakan aktivitas perspektif sosiokultural dalam proses pembelajaran, terutama pendidikan pada orang-orang Rimba. Perspektif sosiokultural tersebut diterapkan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna dengan memperhatikan budaya lokal, peranan komunitas, peranan media, dan peranan keluarga. Kita belajar, bahwa budaya dalam pendidikan tidak dapat dipisahkan. Melalui suguhan buku tersebut, menjadi salah satu contoh bagi saya dalam pengimplementasian perspektif sosio kultural pada bidang pendidikan.

Demonstrasi Kontekstual

Apa hal penting yang Anda pelajari dari proses demonstrasi kontekstual yang Anda jalani bersama kelompok (bisa tentang materi, rekan, dan diri sendiri)?

Jawab: Pada tahap ini, pemikiran-pemikiran kritis dari teman-teman kelompok lain turut mewarnai kegiatan presentasi. Kelompok saya, kelompok 4 melakukan demonstrasi dengan memaparkan temuan kami terhadap bacaan dari buku "Melawan Setan Bermata Runcing: Pengalaman Gerakan Pendidikan Sokola" halaman 125 – 156 dan menghasilkan suatu pembelajaran bermakna, yaitu:

1)      Kolaborasi antar anggota kelompok dalam memaparkan gagasan masing-masing. Kami jadi memiliki pandangan dan ilmu baru dari gagasan-gagasan tersebut.

2)      Materi yang disajikan dalam Demonstrasi Kontekstual menambah wawasan saya terhadap gerakan dalam upaya memajukan pendidikan yang berkebudayaan.

3)      Melalui Demonstrasi Kontekstual, saya jadi tahu sejauh mana pemahaman saya terkait perspektif soisokultural jika dikaitkan dengan pemikiran teman-teman saya yang lain.

Elaborasi Pemahaman

Sejauh ini, apa yang sudah Anda pahami tentang topik ini? 

Jawab: Pada topik ini, saya sudah mempelajari lebih mendalam terkait SES atau Status Ekonomi Sosial (Socioeconomic Status) sebagai salah satu bentuk perspektif sosiokultural untuk memetakan peserta didik berdasarkan latar belakang sosial dan kemampuan ekonomi. Hal tersebut ternyata berlaku juga dalam dunia pendidikan di mana pihak sekolah atau guru memetakan kemampuan ekonomi dan status sosial peserta didik untuk menerapkan model pembelajaran yang disesuaikan dengan latar belakang dan kemampuan mereka dalam mengakses pendidikan. SES dilakukan bukan untuk memarjinalkan peserta didik yang memiliki status sosial dan kondisi ekonomi ke bawah, tetapi untuk mengkotak-kotakkan mereka dalam artian positif agar lebih mudah dalam memahami peserta didik guna menciptakan pembelajaran berkamna. Jadi, SES bukan untuk melihat peserta didik yang kaya atau miskin, lalu pembelajaran menjadi tidak adil, justru dengan adanya SES, peserta didik dapat lebih terpantau dan merasa nyaman mengikti proses pembelajaran karena sesuai dengan kemampuan sosial dan ekonomi mereka.

Apa hal baru yang Anda pahami atau yang berubah dari pemahaman di awal sebelum pembelajaran dimulai?

Jawab: Banyak sekali hal baru yang telah saya pahami setelah mempelajari topik ini, bahwa saya pikir mengajar dalam pendidikan, ya hanya mengajar saja. Berprestasi atau tidaknya seorang peserta didik hanya dilihat dari bagaimana ia tekun dalam belajar atau memperhatikan penjelasan guru atau tidak, bahkan kedekatan mereka dengan guru. Saya pikir, sekolah boleh menganalisis kemampuan ekonomi dan status sosial peserta didik hanya untuk kepeningan administrasi dan identitas rapor karena sifatnya yang cukup sensitif. Namun, dengan mempelajari materi ini, terutama ketika saya mendapatkan pemahaman baru terkait SES, saya jadi tahu bahwa pemetaan status sosial dan tingkat ekonomi tidak semata-mata hanya untuk administrasi, tetapi untuk menciptakan pembelajaran yang lebih nyaman dan bermakna sesuai dengan latar belakang peserta didik.

Apa yang ingin Anda pelajari lebih lanjut?

Jawab: Saya ingin mempelajari lebih lanjut terkait bagaimana menerapkan pemetaan SES tanpa menyinggung perasaan peserta didik dan orang tua? Karena bukan tidak mungkin orang tua dengan pemikiran yang kurang terbuka akan menganggap tindakan tersebut justru berdampak pada diskriminasi peserta didik

Koneksi antar Materi

Apa yang Anda pelajari dari koneksi antar materi baik di dalam mata kuliah yang sama maupun dengan mata kuliah lain? 

Jawab: Setelah saya mempelajari materi sosialkultural, sejatinya materi ini memiliki sangkut paut dengan matakuliah lainnya. Pada Filosofi Pendidikan Indonesia (FPI), FPI mengajarkan pembelajaran berkebudayaan, melalui pembelajaran sosiokultural, peserta didik memahami nilai-nilai dan budaya yang menjadi latar belakang mereka. Lalu, pada Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajarannya, Peserta didik memiliki berbagai macam karakteristik yang harus dipahami oleh guru. Karaktersitik tersebut dapat terbentuk berdasarkan latar belakang sosial dan kultural yang berbeda. Adapun dalam matakuliah Prinsip Pengajaran Asesmen, asesmen dan pengajaran dibuat dengan mempertimbangkan latar belakang sosial dan budaya peserta didik. Salah satu pengajaran dengan melihat kebudayaan peserta didik dalam matakuliah ini adalah pembelajaran menggunakan pendekatan CRT (Culturally Responsive Teaching). Kemudian, pada Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), PPL merupakan kegiatan implementasi materi ajar. Pada PPL, kita dapat mengimplementasikan materi pembelajaran sosialkultural yang telah kita dapatkan untuk menganalisis karakteristik peserta didik berdasarkan sosial dan kultur mereka untuk menciptakan pembelajaran bermakna dan berkebudayaan. Selain itu pada Perancangan dan Pengembangan Kurikulum, dibuat dengan memperhatikan faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik wilayah-wilayah di Indonesia agar tidak adanya ketimpangan implementasi kurikulum. Kurikulum pun diterapkan secara fleksibel. Artinya, tergantung keempat faktor tersebut mempengaruhi kondisi sekolah dan peserta didik di wilayah yang berbeda. Intinya, matakuliah Perspektif Sosiokultural erat kaitannya dengan seluruh matakuliah tersebut karena memfokuskan keberdaan peserta didik dengan latar belakang sosial dan kultur yang berbeda.

Aksi Nyata

Apa manfaat pembelajaran ini untuk kesiapan Anda sebagai guru?

Jawab: Manfaat pembelajaran ini untuk kesiapan saya sebagai guru, yaitu memungkinkan saya untuk mengimplementasikan SES di dalam kelas, tetapi dengan bantuan pihak sekolah. Selain itu, saya cukup siap membuat pembelajaran bermakna yang tidak menimpangkan salah satu peserta didik atau membuat peserta didik merasa berat dalam belajar karena adanya ketidaksanggupan sarana prasarana, maka pemetaan SES dalam proses pembelajaran memang sangat disarankan. Berdasarkan pemetaan tersebut, diharapkan proses pembelajaran menjadi lebih ikhlas, nyaman, menyenangkan, dan bermakna bagi seluruh peserta didik

Bagaimana Anda menilai kesiapan Anda saat ini, dalam skala 1-10? Apa alasannya?

Jawab: Kesiapan saya mengajar di kelas dengan memperhatikan latar belakang peserta didik yang heterogen, yaitu pada skala 8 karena saya masih sedikit was-was apabila untuk melakukan pengamatan dan pemetaan status sosial dan kemampuan ekonomi peserta didik karena cukup khawatir akan menyinggung mereka.

Apa yang perlu Anda persiapkan lebih lanjut untuk bisa menerapkannya dengan optimal?

Jawab: Hal yang perlu saya persiapkan lebih lanjut dalam menerapkan topik ini secara maksimal, yaitu menambah bahan bacaan terkait pemetaan SES yang efektif.

 

Komentar

Postingan Populer